Fakultas Psikologi UNY Laksanakan Kegiatan Deteksi Dini Kesehatan Mental bagi Guru Sekolah Dasar Inklusi

Yogyakarta, 2 Juli 2025 — Fakultas Psikologi Universitas Negeri Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan Deteksi Dini Kesehatan Mental Warga Sekolah Dasar Inklusi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Kamis, 2 Juli 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari Penelitian Penugasan Struktural yang diketuai oleh Dr. Kartika Nur Fathiyah, M.Si., Psikolog, yang juga menjabat sebagai Koordinator Program Studi S1 Psikologi, dengan anggota tim: Rahmatika Kurnia Romadhani, M.Psi., Psikolog, Dinarista Yulisa Ediputri, M.Psi., Psikolog, Annisa Nur Harwiningtyas, M.Psi., Psikolog, serta empat mahasiswa Fakultas Psikologi UNY.

Kegiatan ini diikuti oleh 34 guru kelas dan guru pendamping khusus dari berbagai sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Acara dimulai dengan pengisian alat ukur kesehatan mental oleh seluruh peserta untuk memperoleh gambaran awal mengenai kondisi psikologis para guru. Selanjutnya, kegiatan dibuka secara resmi melalui sambutan oleh Dr. Kartika Nur Fathiyah, M.Si., Psikolog selaku ketua riset dan Koordinator Prodi S1 Psikologi.

Setelah sambutan, peserta mengikuti sesi ice breaking yang dilanjutkan dengan penugasan kelompok, di mana setiap kelompok terdiri dari 5 guru. Masing-masing kelompok kemudian mempresentasikan hasil diskusi terkait isu dan tantangan kesehatan mental di lingkungan sekolah inklusi. Kegiatan dilanjutkan dengan sesi seminar bertema kesehatan mental guru yang disampaikan oleh Rahmatika Kurnia Romadhani, M.Psi., Psikolog, yang membahas pentingnya deteksi dini dan strategi menjaga kesehatan mental bagi para pendidik di sekolah inklusi. Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab interaktif, yang memberikan ruang bagi peserta untuk berdiskusi langsung dengan para narasumber, serta ditutup dengan sesi dokumentasi bersama.

Melalui kegiatan ini, Fakultas Psikologi UNY berharap dapat meningkatkan literasi dan kesadaran kesehatan mental di lingkungan sekolah dasar inklusi, serta mendorong guru untuk lebih peduli terhadap kesejahteraan psikologis diri dan komunitas sekolahnya.